Barang Siapa yang Mengamalkan Tauhid dengan Semurni-murninya Pasti Masuk
Surga Tanpa Hisab
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
Firman Allah Ta'ala:
"Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang
menjadi teladan, senantiasa patuh kepada Allah dan menghadapkan diri (hanya
kepada-Nya); dan sama sekali ia tidak pernah termasuk orang-orang yang berbuat
syirik (kepada Allah)." (An-Nahl: 120)
"Dan orang-orang yang mereka itu tidak berbuat syirik (sedikitpun) kepada
Tuhan mereka." (Al- Mu'minun: 59)
Hushain bin 'Abdurrahman menuturkan:
"Suatu ketika aku berada di sisi
Sa'id bin Jubair, lalu ia bertanya: Siapakah diantara kalian melihat bintang
yang jatuh semalam? Aku pun menjawab: Aku. Kemudian kataku: Ketahuilah,
sesungguhnya aku ketika itu tidak dalam keadaan shalat, tetapi terkena sengatan
kalajengking. Ia bertanya: Lalu apa yang kamu perbuat? Jawabku: Aku meminta
ruqyah. Ia bertanya lagi: Apakah yang mendorong dirimu untuk melakukan
hal itu? Jawabku: Yaitu: sebuah hadits yang dituturkan oleh Asy-Sya'bi kepada
kami. Ia bertanya lagi: Dan apakah hadits yang dituturkan kepadamu itu? Kataku:
Dia menuturkan kepada kami hadits dari Buraidah ibn Al-Hushaib: "Tidak boleh
ruqyah karena 'ain atau terkena sengatan..."
Sa'id pun berkata:
Sungguh telah berbuat baik orang yang mengamalkan apa yang telah didengarnya;
tetapi Ibnu 'Abbas menuturkan kepada kami hadits Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bahwa beliau bersabda: "Telah dipertunjukkan kepadaku
umat-umat. Aku melihat seorang nabi, bersamanya beberapa orang; dan seorang
nabi, bersamanya satu dan dua orang; serta seorang nabi, dan tak seorangpun
bersamanya. Tiba-tiba ditampakkan kepadaku suatu jumlah yang banyak; akupun
mengira bahwa mereka itu adalah umatku, tetapi dikatakan kepadaku: Ini adalah
Musa bersama kaumnya. Lalu tiba-tiba aku melihat lagi suatu jumlah besar pula,
maka dikatakan kepadaku: ini adalah umatmu, dan bersama mereka ada tujuh puluh
ribu orang yang mereka itu masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Kemudian
bangkitlah beliau dan segera memasuki rumahnya. Maka orang-orangpun
memperbincangkan tentang siapakah mereka itu. Ada diantara mereka yang berkata:
Mungkin saja mereka itu yang menjadi sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam. Ada lagi yang berkata: Mungkin saja mereka itu orang-orang yang
dilahirkan dalam lingkungan Islam, sehingga tidak pernah mereka berbuat syirik
sedikitpun kepada Allah. Dan mereka menyebutkan lagi beberapa perkara. Ketika
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam keluar, mereka memberitahukan
hal tersebut kepada beliau. Maka beliau bersabda: Mereka itu adalah orang-orang
yang tidak meminta ruqyah, tidak meminta supaya lukanya ditempel dengan besi
yang dipanaskan, tidak melakukan tathayyur dan mereka pun bertawakkal
kepada Tuhan mereka. Lalu berdirilah 'Ukasyah bin Mihshan dan berkata:
Mohonkanlah kepada Allah agar aku termasuk golongan mereka. Beliau menjawab:
kamu termasuk golongan mereka. Kemudian berdirilah seorang yang lain dan
berkata: Mohonkanlah kepada Allah agar aku juga termasuk golongan mereka. Beliau
menjawab: Kamu sudah kedahuluan 'Ukasyah." (HR Bukhari dan Muslim)
Ruqyah, maksudnya disini ialah penyembuhan dengan pembacaan ayat-ayat
Al Qur'an atau do'a-do'a.
'Ain ialah pengaruh jahat yang disebabkan
oleh rasa dengki seseorang melalui matanya; disebut juga kena
mata.
Tathayyur ialah merasa pesimis, merasa bernasib sial, atau
beramal nasib buruk, karena melihat burung, binatang lainnya atau apa
saja.
Kandungan tulisan ini:
- Mengetahui adanya tingkatan-tingkatan manusia dalam tauhid.
- Pengertian mengamalkan tauhid dengan semurni-murninya.
- Sanjungan Allah Ta'ala kepada Nabi Ibrahim, karena sama sekali tidak pernah termasuk orang-orang yang berbuat syirik kepada Allah.
- Sanjungan Allah kepada para tokoh wali (sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam), karena bersihnya diri mereka dari perbuatan syirik.
- Tidak meminta ruqyah, tidak meminta supaya lukanya ditempel dengan besi yang dipanaskan dan tidak melakukan tathayyur adalah termasuk pengamalan tauhid yang murni.
- Bahwa tawakkal kepada Allah Ta'ala adalah sifat yang mendasari sikap tersebut.
- Dalamnya ilmu para sahabat karena mereka mengetahui bahwa orang-orang yang dinyatakan dalam hadits tersebut tidak dapat mencapai derajat dan kedudukan yang demikian itu kecuali dengan amal.
- Gairah dan semangat para sahabat untuk berlomba-lomba dalam mengerjakan amal kebaikan.
- Keistimewaan umat Islam, dengan kuantitas dan kualitas.
- Keutamaan pengikut Nabi Musa.
- Umat-umat telah ditampakkan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
- Setiap umat dikumpulkan sendiri-sendiri bersama nabinya.
- Bahwa sedikit orang yang mengikuti seruan para nabi.
- Nabi yang tidak mempunyai pengikut, datang sendirian pada hari Kiamat.
- Buah dari pengetahuan ini adalah: tidak silau dengan jumlah yang banyak dan tidak merasa kecil hati dengan jumlah yang sedikit.
- Diperbolehkan melakukan ruqyah karena terkena 'ain atau sengatan.
- Dalamnya pengertian kaum Salaf, dapat dipahami dari kata-kata Sa'id bin Jubair: "Sungguh telah berbuat baik orang yang mengamalkan apa yang telah didengarnya; tetapi...dst." Dengan demikian jelaslah bahwa hadits pertama tidak bertentangan dengan hadits kedua.
- Kemuliaan sifat kaum Salaf karena ketulusan hati mereka, dan mereka tidak memuji seseorang dengan pujian yang dibuat-buat.
- Sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: "Kamu termasuk golongan mereka", adalah salah satu dari tanda-tanda kenabian beliau.
- Keutamaan 'Ukasyah.
- Penggunaan kata sindiran. Karena beliau bersabda kepada seorang yang lain: "Kamu sudah kedahuluan 'Ukasyah" dan tidak bersabda kepadanya: "Kamu tidak pantas untuk dimasukkan ke dalam golongan mereka."
- Keelokan budi pekerti Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Dikutip dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418 H.
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.