Ilmu Nujum (Astrologi)
Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab
Al-Bukhari meriwayatkan dalam
Shahih-nya, bahwa Qatadah mengatakan:
"Allah menciptakan
bintang-bintang ini, untuk tiga hikmah: sebagai hiasan langit, sebagai alat
pelempar syaitan, dan sebagai tanda-tanda untuk penunjuk (arah dan sebagainya).
Karena itu, barangsiapa dalam masalah ini berpendapat selain tersebut, maka dia
telah salah dan menyia-nyiakan nasibnya serta membebani diri dengan hal yang
diluar batas pengetahuannya."
Tentang mempelajari
letak-letak peredaran bulan, Qatadah menyatakan makruh, sedang Ibnu 'Uyainah
tidak membolehkan. Demikian disebutkan oleh Harb dari mereka. Tetapi Imam Ahmad
dan Ishaq memperbolehkan hal tersebut (maksudnya, mempelajari letak matahari,
bulan dan bintang untuk mengetahui arah kiblat, waktu shalat dan semisalnya maka
hal itu diperbolehkan).
Abu Musa menuturkan:
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Tiga orang tidak masuk
surga, yaitu: pecandu khamr (minuman keras), orang yang mempercayai sihir, dan
pemutus hubungan kekeluargaan." (HR Imam Ahmad; dan Ibnu Hibban dalam
Shahih-nya)
Mempercayai sihir yang
diantara macamnya adalah ilmu nujum (astrologi). Sebagaimana telah dinyatakan
dalam suatu hadits: "Barangsiapa mempelajari sebagian dari ilmu nujum, maka
sesungguhnya dia telah mempelajari sebagian dari ilmu sihir ...".
Kandungan tulisan
ini:
- Hikmah
penciptaan bintang-bintang.
- Bantahan
terhadap orang yang berpendapat selain tersebut.
- Ada
perbedaan pendapat diantara para ulama dalam masalah mempelajari letak-letak
peredaran bulan.
- Ancaman bagi
orang yang mempercayai sesuatu sihir --yang diantara jenisnya adalah ilmu nujum
(astrologi)--, walaupun dia mengetahui akan kebatilannya.
Dikutip
dari buku: "Kitab Tauhid" karangan Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab.
Penerbit: Kantor Kerjasama Da'wah dan Bimbingan Islam, Riyadh 1418
H.
0 comments:
Post a Comment
Note: Only a member of this blog may post a comment.