6:18 PM
0
Beberapa waktu lalu saya sempat membuka halaman situs http://www.kompas.com/ yang sempat saya simpan karena liputannya menarik. Dalam halaman itu dibahas tentang mahsiswa, type dan kebiasaannya, kurang lebih seperti ini beritanya:

Pakar pendidikan yang juga Guru Besar Ilmu Pendidikan Moral Universitas Negeri Semarang, Prof. Masrukhi menilai, saat ini banyak mahasiswa yang lebih berorientasi pada gaya hidup.

"Sebenarnya, ada lima wajah mahasiswa yang nampak dalam realitas diri dan sosial," kata Pembantu Rektor III Unnes itu, usai dikukuhkan sebagai Guru Besar Ilmu Pendidikan Moral Unnes, di Semarang, Rabu (28/9/2011).

Ia menyebutkan, wajah pertama mahasiswa adalah idealis-konfrontatif, yang cenderung aktif menentang kemapanan, seperti melalui demonstrasi. 
Kedua, mahasiswa idealis-realistis, lebih kooperatif dalam perjuangan menentang kemapanan.
Ketiga, kata dia, mahasiswa oportunis, yang cenderung mendukung pemerintah yang tengah berkuasa. Keempat mahasiswa profesional, yakni mereka yang hanya berorientasi pada kuliah atau belajar.

"Empat wajah mahasiswa ini ternyata hanya ada sekitar 10 persen, selebihnya adalah wajah kelima, yakni mahasiswa rekreatif yang berorientasi pada gaya hidup glamour dan bersenang-senang," katanya.

Ia menyebutkan, jumlah mahasiswa di Indonesia pada 2010 mencapai sekitar lima juta orang, baik perguruan tinggi negeri, swasta, universitas terbuka, perguruan tinggi kedinasan, dan perguruan tinggi agama.

"Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai sekitar 237 juta orang, maka jumlah mahasiswa ini hanya berada pada kisaran 2,4 persen. Jumlahnya memang relatif kecil," katanya.

Ia juga menyebutkan, mahasiswa yang memiliki pandangan idealis memiliki persentase yang kecil dibanding kelompok lain, namun kelima wajah mahasiswa itu sama-sama memiliki energi besar untuk bersatu-padu.

"Energi besar yang disebut collective consciousness (kesadaran kolektif) inilah yang menyebabkan gagasan, opini dari sekelompok kecil mahasiswa, akan menjadi gagasan besar mahasiswa dalam waktu cepat," katanya.

Menurut dia, kesadaran kolektif yang dimiliki kalangan mahasiswa itu sudah terbukti dari sejarah perjalanan bangsa yang mencatat gerakan mahasiswa beberapa kali berhasil melakukan perubahan besar, misalnya reformasi.
Karena itu, kata pria yang tertarik meneliti kehidupan mahasiswa itu, energi besar, yang dimiliki mahasiswa harus mampu diberdayakan secara cermat oleh kalangan perguruan tinggi, untuk melakukan internalisasi nilai.

"Kalau Unnes, lebih menanamkan nilai-nilai konservasi pada mahasiswanya. Tak sebatas konservasi berupa pelestarian lingkungan dan alam, namun mencakup konservasi nilai, moral, dan budaya," kata Masrukhi. 

Sumber : ANT



Dari berita di atas, kadang kita perlu merasa miris dan mengerutkan dahi. Jika dikaitkan dengan semboyan yang sering kita dengar bahwa,'Masa depan suatu bangsa di tentukan oleh kualitas pemudanya.' Tentu tidak berlebihan jika kita merasa miris, karena memang jika mayoritas pemuda kita (lebih khusus dalam berita itu adalah mahasiswa) adalah pemuda yang lebih suka ber-hedon ria dibanding dengan menjaga idealisme pandangan dan bekerja keras. Terbukti dari hasil penelitian profesor itu bahwa,'Empat wajah mahasiswa ini ternyata hanya ada sekitar 10 persen, selebihnya adalah wajah kelima, yakni mahasiswa rekreatif yang berorientasi pada gaya hidup glamour dan bersenang-senang.' Yang artinya misal dari 100 orang mahasiswa hanya sepuluh orang berkarakter idealis-konfrontatif, yang cenderung aktif menentang kemapanan, seperti melalui demonstrasi; mahasiswa idealis-realistis, lebih kooperatif dalam perjuangan menentang kemapanan; mahasiswa oportunis, yang cenderung mendukung pemerintah yang tengah berkuasa; mahasiswa profesional, yakni mereka yang hanya berorientasi pada kuliah atau belajar. Misal kita ambil rata berarti ada dua orang dengan masing-masing karakter itu dan dua lainnya yang bisa memilih karakter mana dia.

Jika kita memandang bahwa tipe idealis-konfrontatif, yang cenderung aktif menentang kemapanan, seperti melalui demonstrasi adalah tipe aktivis dengan ketegasan dan keras mengkritisi serta memperjuangkan nasib bangsa. Kemudian tipe mahasiswa idealis-realistis, lebih kooperatif dalam perjuangan menentang kemapanan adalah tipe yang bermain dengan kreatifitas dan kecenderungan mencari celah kerjasama dalam memperjuangkan nasib bangsa. Maka hanya ada 4-6 orang yang akan mau menyingsingkan lengan baju untuk mau peduli terhadap nasib masyarakat yang mungkin mendapat dampak negatif dari kebijakan pemerintah yang kadangkala kurang tepat.

Berikutnya jika mengacu analisa yang diberikan Prof. Masrukhi terdapat dua macam karakter lain yaitu mahasiswa oportunis, yang cenderung mendukung pemerintah yang tengah berkuasa; mahasiswa profesional, yakni mereka yang hanya berorientasi pada kuliah atau belajar. Bukan bermaksud apa namun secara umum mahasiswa dengan tipe oportunis adalah mereka yang lebih senang (maaf) menjilat keadaan dan birokrasi dengan tujuan untuk kesenangan pribadinya. Kawan-kawan dengan karakter oportunis ini akan enggan jika diajak untuk bersusah payah memperjuangkan nasib orang lain. Yang ada di pikirannya adalah bagaimana dia bisa aman dan senang, tak peduli orang lain mau seperti apa. Tipe mahasiswa ini juga akan pura-pura tidak tahu dan melarikan diri jika menghadapi masalah dan atau melihat orang lain punya masalah. Secara umum hanya ada 2-4 orang mahasiswa Indonesia dengan karakter ini. Selanjutnya tipe mahasiswa profesional, yakni mereka yang hanya berorientasi pada kuliah atau belajar. Sangat tidak salah menjadi tipe mahasiswa seperti ini, namun tipe mahasiswa yang juga dikenal dengan istilah kupu-kupu (kuliah pulang kuliah pulang) ini juga memiliki sisi positif dan negatif. Secara positif mereka adalah orang-orang yang akan sangat baik dalam urusan akademiknya, nilainya yang selalu bagus, juga dalam segi pengetahuan bidang yang dipelajari di jurusannya. Namun sisi negatifnya adalah, mayoritas dari mereka akan lemah di sisi sosial, kemampuan soft skill seperti team work, leadership, management, communication skill, dan lainnya. Suatu ketika saya sempat berdiskusi dengan beberapa orang salah satunya Mr Katsuo Suzuki seorang Presiden Direktur PT Kangean Energy Indonesia (KEI), beliau menyampaikan bahwa di dunia pasca kampus khususnya industri TIDAK TERLALU PENTING kemampuan akademik yang sangat menonjol, lebih dibutuhkan adalah decision making skill, cooperativeness, communication, concentration, humanity, negotiation, and power of vision. Yang akhirnya cukup disayangkan bagi kita jika menjadi mahasiswa hanya mengandalkan kemampuan akademik dalam aktifititas kita di kampus. Karena kita perlu meyakini bahwa kampus adalah kawah candradimuka yang mendidik kita untuk bertranformasi dari seorang anak menjadi insan yang siap turun dan menyelesaikan permasalahan di masyarakat serta berbaur dengan mereka. Namun demikian hanya ada secara umum 2-4 orang mahasiswa Indonesia dengan karakter ini.

Yang selebihnya adalah wajah kelima, yakni mahasiswa rekreatif yang berorientasi pada gaya hidup glamour dan bersenang-senang. Lebih mengerikan dari yang banyak orang sangkakan ternyata dari 100 orang mahasiswa di Indonesia 90 diantaranya masuk dalam tipe ini. Tipe mahasiswa ini banyak yang memegang prinsip-prinsip hedonisme, yaitu pandangan hidup yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia. Terdapat tiga sekolah pemikiran dalam hedonis yakni Cyrenaics, Epicureanisme, dan Utilitarian. Di Indonesia sendiri keberadaan tipe mahasiswa seperti ini bukan menjadi hal yang sulit dicari karena secara tidak langsung lingkungan dan media seakan memupuk berkembangnya mahasiswa tipe ini. Kita bisa lihat tayangan televisi swasta di Indonesia SCT*, RCT*, Indosi** dan sebagainya yang ternyata lebih banyak menampilkan acara yang berbau hedonis dibandingkan informasi yang bermanfaat dan membangun peradaban. Katakanlah beberapa acara tersebut adalah sinetron, FTV, live show musik, infotainment dan sebagainya. Acara-acara tersebut jika di prosentasekan akan lebih dari 70% jam penayangan dalam 24 jam sehari. Lebih parahnya lagi adalah ketika acara-acara tersebut diputar di jam-jam dimana anak kecil dan remaja menonton televisi. Akhirnya menjadi konsekuensi logis mereka akan ter-DOKTRIN mengikuti apa yang mereka lihat di tayangan televisi itu. Tak salah jika dampaknya pemuda kita akan semakin tidak berkarakter, lemah dalam hal moral, lemah dalam hal karya dan pada ujungnya suramlah masa depan bangsa ini.

Sekali lagi, masa depan suatu bangsa ditentukan dari kualitas pemudanya. Mari kawan engkau yang masih pemuda, engkau yang mahasiswa jangan biarkan dirimu terlena dan terbuai dalam angan semu. Siapkan diri kita menjadi pribadi yang unggul dan kompeten dengan segala potensi yang kita miliki. Mari isi waktu kita dengan hal-hal bermanfaat, kita kuliah dengan maksimal, jika ada waktu luang mari kita gunakan untuk berorganisasi, membaca buku-buku yang tak hanya diktat kuliah, mari budayakan diskusi dan menulis. Karena kita yakini bahwa petani tidak akan pernah mendapat panen raya jika dia tidak bersusah payah dan rajin merawat tanamannya. Begitu juga kita sebagai pemuda dan mahasiswa kita tidak akan bisa panen raya di masa depan dengan puncak karir kita, jika sekarang kita hanya menjadi pribadi yang malas dan hanya menuruti kesenangan tanpa mau susah. Namun perlu juga sesekali kita refreshing di tengah perjuangan itu, petani pun juga perlu istirahat sejenak di tengah terik matahari.

Semoga tulisan ini bermanfaat, silahkan disebar untuk saling memberi manfaat ^_^

0 comments:

Post a Comment

Note: Only a member of this blog may post a comment.

Recent Post